Tepat satu tahun yang lalu, 1 Maret 2014, sekitar pukul 9 pagi saya sah menjadi seorang istri untuk Isanadi Wibowo. Masya Allah, satu tahun itu terasa cepat ya! Rasaya seperti baru kemaren saya menyiapkan acara pernikahan beserta semua drama-dramanya. Eh ternyata sudah lewat setahun :)
Menurut saya, tahun pertama pernikahan adalah tahun adaptasi. Selain beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan pasangan yang baru terlihat setelah kami menikah, kita juga dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan keluarga dari pasangan.
Di tahun pertama ini kami masih tinggal secara nomaden hehe. Walaupun sudah ada rumah di daerah Sentul, namun kami lebih sering tinggal di rumah orang tua suami karena lebih dekat dengan kantor. Jadi cuma pas weekend aja pulang ke Sentul, atau sesekali ke rumah orang tua saya. Pada awalnya saya agak kewalahan dengan sistem nomaden ini, karena ada perasaan ingin bersikap adil antara mertua dan orang tua. Saya tidak ingin orang tua saya merasa jarang dikunjungi karena sehari-hari saya tinggal dengan mertua, namun di akhir pekan pun saya harus menengok rumah di Sentul. Tapi alhamdulillah saya memiliki orang tua yang tidak pernah menuntut, mereka sangat mengerti keadaan saya, sehingga beban pikiran saya pun sedikit berkurang.
Selain sistem nomaden, keseruan tahun pertama pernikahan kami lainnya adalah masak bareng! Saya memasak? hehehe aneh memang untuk yang tau keseharian saya. Tapi berhubung sudah menjadi istri, keinginan untuk bisa masak itu ternyata muncul! Biasanya kami suka masak bareng saat lagi di rumah Sentul. Dari cari-cari resep di internet, belanja, sampai memasak dilakukan sama-sama. Ya prakteknya saya yang berkontribusi paling banyak! Ya nyiapin bahan-bahan, potong-potong, dan cuci piring! hehehe. Tapi untuk rasa, suami lah yang paling berkontribusi. Secara saya tipe yang takut bumbu. Takut terlalu asin atau jadi hancur rasanya. Menu andalan kami adalah tumis buncis! Ya buncis daging cincang, buncis jamur, atau buncis polos hehehee. Sungguh ngga kreatif! :)) Selain itu biasanya kami masak nasi goreng, ayam kecap, atau pasta. Intinya sih yang tumis-tumis praktis ngga repot. Untuk sarapan pun biasanya hanya roti atau sarapan ala-ala western yang simple hehehe. Seru!
Selain dua keseruan tersebut dan keseruan lainnya yang ngga bisa saya jabarkan semua, tentu beberapa cobaan pun kami dapatkan. Sejauh ini, cobaan terberat yang pernah kami hadapi adalah saat saya mengalami keguguran di kehamilan pertama. Yang merasakan kesedihan atas musibah tersebut tentu bukan hanya kami berdua saja, tapi juga keluarga besar. Saya sempat terjebak dalam kesedihan tersebut selama beberapa minggu, mungkin beberapa bulan. Tapi Alhamdulillah suami dan keluarga inti, terutama mama saya, selalu ada untuk saya dan selalu mengingatkan untuk ikhlas dan berpikir positif. Sehingga saya bisa melewati masa-masa sedih tersebut. Hikmah dari musibah itu salah satunya adalah munculnya kesadaran saya dan suami untuk memulai hidup sehat. Sejak saat itu saya berusaha untuk makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan. Suami pun saya anjurkan untuk melakukan hal yang sama. Saya juga belajar untuk lebih ikhlas dan menjaga pikiran. Hikmah lainnya sebenernya saya dan suami itu diberi waktu lebih untuk pacaran hehe, kami diberi waktu extra untuk menikmati masa-masa berdua dan lebih mengenal satu sama lain. Kami percaya, sekuat apapun keinginan kamu untuk segera memiliki momongan, rencana Allah SWT tetap yang terbaik. Insya Allah nanti ada saatnya, di waktu yang tepat. Amin.
Overall, tahun pertama pernikahan itu terasa kayak naik roller coaster. hehehe. Ya seneng ya sedih semua jadi satu. Ngga melulu kami akur, pasti ada juga saat-saat kami beradu pendapat. Tapi dengan sejalannya waktu, Insya Allah kami bisa lebih saling mengerti satu sama lain, saling menerima kelebihan dan kekurangan, bisa menjalankan amanah sebagai suami dan istri dengan lebih baik lagi, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Menurut saya, tahun pertama pernikahan adalah tahun adaptasi. Selain beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan pasangan yang baru terlihat setelah kami menikah, kita juga dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan keluarga dari pasangan.
Di tahun pertama ini kami masih tinggal secara nomaden hehe. Walaupun sudah ada rumah di daerah Sentul, namun kami lebih sering tinggal di rumah orang tua suami karena lebih dekat dengan kantor. Jadi cuma pas weekend aja pulang ke Sentul, atau sesekali ke rumah orang tua saya. Pada awalnya saya agak kewalahan dengan sistem nomaden ini, karena ada perasaan ingin bersikap adil antara mertua dan orang tua. Saya tidak ingin orang tua saya merasa jarang dikunjungi karena sehari-hari saya tinggal dengan mertua, namun di akhir pekan pun saya harus menengok rumah di Sentul. Tapi alhamdulillah saya memiliki orang tua yang tidak pernah menuntut, mereka sangat mengerti keadaan saya, sehingga beban pikiran saya pun sedikit berkurang.
Selain sistem nomaden, keseruan tahun pertama pernikahan kami lainnya adalah masak bareng! Saya memasak? hehehe aneh memang untuk yang tau keseharian saya. Tapi berhubung sudah menjadi istri, keinginan untuk bisa masak itu ternyata muncul! Biasanya kami suka masak bareng saat lagi di rumah Sentul. Dari cari-cari resep di internet, belanja, sampai memasak dilakukan sama-sama. Ya prakteknya saya yang berkontribusi paling banyak! Ya nyiapin bahan-bahan, potong-potong, dan cuci piring! hehehe. Tapi untuk rasa, suami lah yang paling berkontribusi. Secara saya tipe yang takut bumbu. Takut terlalu asin atau jadi hancur rasanya. Menu andalan kami adalah tumis buncis! Ya buncis daging cincang, buncis jamur, atau buncis polos hehehee. Sungguh ngga kreatif! :)) Selain itu biasanya kami masak nasi goreng, ayam kecap, atau pasta. Intinya sih yang tumis-tumis praktis ngga repot. Untuk sarapan pun biasanya hanya roti atau sarapan ala-ala western yang simple hehehe. Seru!
Selain dua keseruan tersebut dan keseruan lainnya yang ngga bisa saya jabarkan semua, tentu beberapa cobaan pun kami dapatkan. Sejauh ini, cobaan terberat yang pernah kami hadapi adalah saat saya mengalami keguguran di kehamilan pertama. Yang merasakan kesedihan atas musibah tersebut tentu bukan hanya kami berdua saja, tapi juga keluarga besar. Saya sempat terjebak dalam kesedihan tersebut selama beberapa minggu, mungkin beberapa bulan. Tapi Alhamdulillah suami dan keluarga inti, terutama mama saya, selalu ada untuk saya dan selalu mengingatkan untuk ikhlas dan berpikir positif. Sehingga saya bisa melewati masa-masa sedih tersebut. Hikmah dari musibah itu salah satunya adalah munculnya kesadaran saya dan suami untuk memulai hidup sehat. Sejak saat itu saya berusaha untuk makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan. Suami pun saya anjurkan untuk melakukan hal yang sama. Saya juga belajar untuk lebih ikhlas dan menjaga pikiran. Hikmah lainnya sebenernya saya dan suami itu diberi waktu lebih untuk pacaran hehe, kami diberi waktu extra untuk menikmati masa-masa berdua dan lebih mengenal satu sama lain. Kami percaya, sekuat apapun keinginan kamu untuk segera memiliki momongan, rencana Allah SWT tetap yang terbaik. Insya Allah nanti ada saatnya, di waktu yang tepat. Amin.
Overall, tahun pertama pernikahan itu terasa kayak naik roller coaster. hehehe. Ya seneng ya sedih semua jadi satu. Ngga melulu kami akur, pasti ada juga saat-saat kami beradu pendapat. Tapi dengan sejalannya waktu, Insya Allah kami bisa lebih saling mengerti satu sama lain, saling menerima kelebihan dan kekurangan, bisa menjalankan amanah sebagai suami dan istri dengan lebih baik lagi, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Happy 1st wedding anniversary, my dear Isan! Thank you for eberything.
Thank you for loving me the way you are.
❤you!