Proses Melahirkan: Hello, Baby Number 2!

9:53 PM

Akhirnyaaaaa sempat nulis lagi setelah hampir 3 bulan si adek sudah lahir :) Luarrr biasa ya rasanya punya toddler dan new born hehe. Nanti deh pas sempat, saya cerita terpisah ya. Ok begini cerita kelahiran si adik. Jadi ternyataaa, waktu itu adek memilih untuk lahir lebih cepat 3 minggu, nggak mau samaan lahir di bulan Februari kayak masnya hehe. Mungkin dia udah nggak sabar ketemu Ayah, Ibu, dan mas yaa ..

Senin, 29 Januari 2018.

Pukul 12.30 wib.
Hari itu jadwal saya untuk kontrol rutin minggu ke 37 dengan Dokter Diana. Hari itu juga bisa dibilang hari penentuan untuk keputusan apa yang harus diambil, setelah seminggu sebelumnya berkonsultasi dengan Dokter Damar. Tidak menunggu lama, saya langsung diperiksa menggunakan USG. Beberapa saat kemudian Dokter Diana nyeletuk, "eh air ketuban pada kemana nih kok dikit banget, Ca?". Dokter sempat mengecek berulang kali untuk memastikan, tapi ternyata memang benar air ketuban saya tinggal 4,7 (normal 10). Langsung deh dokter bilang harus dibuka besok pagi! Deg! Pertanyaan saya cuma, "jadi kalo gini nggak bisa lahir spontan ya, Dok?". Bukan apa-apa ya, tapi saya belum siap untuk sectio caesarea (sc) hahahaha. Sesungguhnya saya lebih takut dengan operasi dan belum menyiapkan mental untuk itu.

Udah deh kita nggak pulang, langsung stay di rumah sakit. Suami langsung telepon mamaku dan saya tes darah untuk persiapan sc besok. Selesai tes darah ternyata Irgi udah dibawa pulang sama mertua biar bisa istirahat di rumah. Hiks sebenarnya sempat sedih juga karena belum peluk cium Irgi.

Pukul 14.30 wib.
Setelah makan siang dan menyelesaikan administrasi, saya sudah bisa masuk kamar 301. Cek EKG dan CTG pun dilakukan di kamar. Sore hari saat mama, papa, dan sekar datang, suamiku balik ke kantor lagi karena ada urusan.

Pukul 18.30 wib.
Dokter anestesi (Dr. Vera) sempat datang untuk menjelaskan prosedur anestesi yang akan dilakukan sebelum operasi. Bagian inilah yang sebenarnya bikin saya takut sc hehe. Langsung saya tanya ke dokter apakah akan terasa sakit saat disuntik di bagian tulang belakang. Dokter pun menjawab selama kita tenang, mengikuti instruksi, dan terus zikir Insya Allah nggak sakit. Baiklah, dok! Hehe. Oh iya Dokter Vera ini hanya dokter pengganti, yg menangani saat hari H bukan dia tapi saya lupa namanya ;)

Pukul 22.00 wib.
Saya diberikan makan untuk sahur karena harus berpuasa kurang lebih 8 jam sebelum tindakan sc.

Selasa, 30 Januari 2018.

Pukul 03.15 wib.
Saya bangun karena suster masuk untuk memberikan obat pencahar dan ternyata reaksi obatnya cepat banget. Setelahnya saya tidak bisa tidur. Bukan karena efek obat, tapi ya karena deg-degan.

Pukul 05.00 wib.
Mama dan papa datang, saya mandi, lalu suster kembali datang untuk prosedur skin test. Prosesur ini juga salah satu yang bikin saya takut karena saya tau sakitnya dan suster pun sejak awal sudah mewanti-wanti kalau akan terasa sakit. Tapi ternyata, tidak sesakit itu! Alhamdulillah hehehe susternya aja sampai heran saya tidak kesakitan.

Pukul 05.15 wib.
Setelah berdoa bersama, saya dibawa ke ruang operasi dan bersiap-siap. Di sana saya dipasang infus yang rasanya lebih sakit dari pada saat skin test. Sebel banget.
Tiba saatnya untuk suntik anestesi. Saya disuruh duduk membungkuk sambil meluk bantal. Saya berusaha atur nafas, zikir, dan pasrah. Alhamdulillah tidak terasa apapun :) beberapa saat kemudian kaki terasa seperti kesemutan lalu kebas nggak bisa gerak. Ternyata rasanya menyebalkan ya ketika penasaran pengen gerakin kaki tapi tidak bisa. Hmm....
Selama proses operasi saya ditemani oleh suami. Saya tidak merasakan apa-apa, padahal dengar cerita orang katanya ada yang merasa mual, ngantuk berat, dan lainnya. Saya santai-santai aja sambil sesekali ngobrol sama suami. Saya hanya mencium bau asap, dalam pikiran saya, "wah ini lagi dibuka nih kayaknya perut gue". Hahaha kebanyakan nonton Grey's Anatomy kayaknya :))

Pukul 05.57 wib.
Terdengar tangis bayi, Alhamdulillah saya reflek langsung nangis bahagia. Rasanya lega banget denger tangisannya. Mungkin karena selama hamil terlalu sering was-was sama perkembangan berat badannya. Jadi pas lahir ya kayak plong gitu :')
Begitu lahir, saya tidak langsung diperlihatkan karena anak kami langsung ditangani dokter spesialis anak (Dokter Arhan). Dia kemasukan sedikit cairan. Maka dari itu anak kami harus masuk NICU untuk observasi lebih lanjut.

Pukul 06.50 wib.
Selesai sc, saya istirahat dan diobservasi di recovery room. Saya diberikan selimut penghangat dan juga pain killer melalui infus. Selama recovery saya tidak bisa tidur karena letak tempat tidur di sebelah pintu dan beberapa suster atau dokter suka keluar-masuk. Alhasil cuma merem-merem atau bengong aja.

Pukul 08.15 wib.
Saya sudah bisa kembali ke kamar rawat. Suster bilang selama 24 jam pertama setelah tindakan sc saya hanya boleh berbaring di tempat tidur. Belum boleh miring atau angkat kepala. Jadi benar-benar hanya tiduran. Badan juga rasanya kaku sekali. Sakit, apalagi efek obat bius yang perlahan menghilang. Wah beda sekali ya dengan lahiran spontan. Dulu sekitar 2 jam setelah melahirkan Mas Irgi saya sudah bisa jalan ke kamar mandi hehe.

Pukul 09.15 wib.
Suster datang untuk memerah ASI saya. Sakit yaaaa diperah pakai tangan sama suster hahaa ya tapi mau gimana lagi, pasrah aja. Alhamdulillah perahan pertama dapat 0,5 ml. Kata suster segitu udah banyak lho buat bayi baru lahir :)

Pukul 10.20 wib.
Akhirnya dipeluk Mas Irgi. Yaampun rasanya seneng banget. Jadi sejak pertama ketemu setelah saya melahirkan, Irgi belum mau salam atau peluk saya. Mungkin bingung ya lihat ibunya terbaring di kasur pakai infus segala hehe. Oiya, ini adalah pertamakalinya pisah tidur sama Irgi. Jadi saat saya dan suami di rumah sakit, Irgi menginap di rumah mertua. Makanya entah kenapa rasanya kangen banget.

Pukul 12.30 wib.
Suster kembali datang untuk memerah ASI. Kali ini hanya dapat 0,2 ml. Padahal itu udah dipijat-pijat dan sakit pula. Suster yang ini beda dengan yang pertama. Saya sampai sebal karena sakitnya haha. Saya juga khawatir karena cuma dapat sedikit, tapi kata suster nggak apa-apa karena bayi baru lahir kan memang masih sedikit minumnya.

Pukul 13.00 wib.
Dokter jaga datang untuk cek bising usus dan cek kondisi rahim (kayaknya ya). Rasanya? Sakiiiit woooyy! Ya ampun perut baru dijahit udah ditekan-tekan sekitarannya. Sakit banget sampe kesel. Setelah diperiksa, saya baru boleh makan dan minum, dengan tekstur bertahap mulai dari yang cair sampai makanan padat. Akhirnya yaa setelah puasa lebih dari dua belas jam.

Rabu, 31 Januari 2018.

Pukul 06.00 wib.
Saya bersih-bersih dibantu suster. Setelah itu pelan-pelan saya belajar duduk, berdiri, dan jalan dibantu mama.

Pukul 08.15 wib.
Saya berjalan ke NICU untuk bertemu pertamakalinya dengan anak saya dan mencoba menyusui secara langsung. Masya Allah cantiknya bayi mungil ibu. Perasaan saat menyusuinya pertama kali juga Masya Allah, walaupun saat itu anak saya belum mau minum baru menjilat-jilat saja.

Pukul 13.00 wib.
Saya mampir ke NICU lagi dan Alhamdulillah dia sudah mau menyusu :)

Sorenya saya dikabarkan bahwa anak sudah bisa dirawat di kamar bayi biasa.

Kamis, 1 Februari 2018.

Pukul 10.00 wib.
Dokter Arhan datang untuk memeriksan dan menjelaskan kondisi bayi. Dokter juga menjadwalkan untuk tes laboratorium.

Pukul 13.00 wib.
Dokter Diana datang untuk memeriksa kondisi saya dan beliau bilang semua oke. Jadi untuk bisa pulang tinggal menunggu keputusan dokter anak saja.

Pukul 13.45 wib.
Dokter jaga anak datang untuk mengabarkan gula darah bayi turun menjadi 49. Gula darah itu berpengaruh ke perkembangan otak bayi jadi harus dipantau. Dia menyarankan untuk tandem susu formula tinggi kalori (per 2 jam minimal 20 cc) sebagai booster berat badan bayi. Dia juga bilang hal seperti ini biasa terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang.
Saya cuma bisa pasrah apapun yang terbaik untuk anak.

Saya juga sempat beberapa kali memompa ASI menggunakan pompa ASI milik rumah sakit karena saya lupa bawa. Hasilnya diberikan oleh suster ke bayi saya.

Jumat, 2 Februari 2018.

Setelah berkali-kali dilakukan tes gula darah (kasihan banget ditusuk berulang kali), siang hari akhirnya anak kami diperbolehkan pulang. Alhamdulillah.

***

Begitulah cerita proses melahirkan anak kedua kami. Kami memberinya nama Isyana. Semoga kelak Isyana bisa menjadi adik perempuan yang kaya dalam segala hal dan juga menjadi orang yang berwibawa, seperti nama lengkapnya. Aamiin.

Oiya, Alhamdulillah juga saya sudah diberikan kesempatan untuk mengalami dua proses melahirkan yang berbeda, spontan (anak pertama) dan sectio caesarea (anak kedua). Apa bedanya? Kalau lahiran spontan ya sakit di awal, setelah itu udah bebas bisa ngapain aja. Sedangkan kalau sectio caesarea ya sebelum tindakan harus melalui berbagai tes persiapan dan setelahnya baru terasa sakitnya pasca operasi. Lebih sakit mana? Dua-duanya sama sakitnya, luar biasa haha.

NB: 
Selama saya menginap di rumah sakit, mama dan suami bergantian menemani saya. Saya mikirnya Irgi tetap harus ditemani ayahnya agar tidak merasa ditinggalkan. Walaupun sebenarnya dia udah lengket banget sama mertua saya, tapi menurut kami akan lebih baik jika tetap ada salah satu dari orangtuanya :)

You Might Also Like

0 comments